Saya mengakhiri semester pertama dengan rapat kerja guru. Sebenarnya bertujuan dua hal. Pertama evaluasi semester lalu dan merencanakan semester depan. Ya, rapat kerja sebagai dua sisi mata uang. Evaluasi dan rencana. Maka begitulah inti fungsi pengelolaan organisasi. Mengacu pada prinsip manajemennya sendiri P-O-A-C, planning-organizing-actuating-controlling dalam bentuk daur kerja, maka saya memulainya dari controlling.
Saya menyebutnya reflection (refleksi). Kenapa demikian? Refleksi memilhat kinerja diri sendiri selama semester berjalan. Sudah sejauh apa diri masing-masing melaksanakan rencana kerja atau kegiatan membersamai anak-anak. Apakah sesuai rencana lalu? Adakah kendalanya? Bagaimana prosesnya? Setelah itu ada penilaian dari rekan kerja, sejauh mana pribadi masing-masing dirasakan oleh mereka. Apakah sudah menjadi team work yang solid? Apakah setiap kegiatan bisa secara mandiri dilaksanakan? Sejauh apa empati yang dirasakan? Adakah pengorbanannya? Bagaimana sikap konsistensi diri terhadap kerja bersama?
Harapan refleksi ini dapat mengetahui diri dari diri sendiri maupun dari rekan kerja. Sudah tepatkah penilaian diri? Seberapa sinkron penilaian rekan kerja terhadap diri? Apakah ada yang luput yang baru diketahui? Apakah memang sebenarnya sudah menjadi pribadi yang tangguh itu. Jika belum, apa yang perlu diperbaiki, di-upgrade agar menjadi pribadi yang mampu bekerja dalam tim.
Setelah itu melangkah menuju rencana baru. Rencana semester kedua dengan mempertimbangkan seberapa banyak sumber daya yang tersedia, kalender akademik, dan menyiapkan rencana belajar ke depannya. Sebuah organisasi yang baik seperti pesantren perlu membuat rencana yang matang. Rencana yang melibatkan guru-pengelola (yayasan). Berpatokan pada kalender pendidikan dan kegiatan yayasan yang berjalan. Diusahakan tidak ada sisipan karena akan mengganggu proses pembelajaran yang sudah direncanakan. Toleransinya pada hal-hal diluar rencana sekitar 5-10 persen saja. Misalkan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) yang baru diterapkan pemerintah untuk wilayah Jawa dan Bali sejak tanggal 11-25 Januari 2021. Otomatis perubahan strategi belajar. Bisa jadi ada pengalihan kegiatan yang seharusnya penuh dilakukan di pesantren, kini berbagi dengan orang tua di rumah. Tadinya bisa dilakukan selama lima hari kerja kini sepekan sekali, itu pun sebatas dua jam pelajaran. Belum lagi acara pemerintah daerah yang tiba-tiba mengadakan kegiatan perlombaan olahraga dan kemampuan bidang studi. Kemudian ulang tahun dan lomba-lomba yang diselenggarakan yayasan.
Maka dari itu perlunya tahap selanjutnya. Siapa yang mengeksekusi? Bagaimana keteraturan yang sudah dibentuk menyesuaikan dengan kegiatan yang disisipkan? Apakah sejalan dengan program yang sudah direncanakan? Ya, semua itu perlu koordinasi yang baik. Ada koordinasi vertikal yang menggambarkan jalur komando. Ada koordinasi horizontal yang menggambarkan interaksi selevel yang fleksibel agar tidak terjadi benturan kepentingan. Ada koordinasi diagonal yang menggambarkan interaksi beda level di luar fungsi komando.
Baru pelaksanakan perencanaan dimulai. Diupayakan berjalan sesuai tugas dan menghargai hasil keputusan. Melaksanakan instruksi pimpinan dengan pertimbangan beban kerja. Ada pedoman kerja yang jelas, singkat, dan mudah dipahami dan dilaksanakan. Menuntut pimpinan menjadi pendengar yang bijaksana. Belajar tidak beralasan untuk memberikan dalih pembenaran atas kelalaian tugas dan hasil kerja. Nah, perlu ada pengawasan untuk meningkatkan kinerja dan tidak boleh mematikan kreativitas guru.
Nah, jika daur kerja ini berjalan, insyaallah ada peningkatan performa dari masing-masing individu. Yang tidak mampu meningkatkan kapasitas diri, pilihannya tahu diri atau resign mencari pekerjaan yang cocok dengan kemampuannya tersebut.
Kang Yudha